TERMOREGULASI PADA NEONATUS


Termoregulasi adalah kemampuan untuk menyeimbangkan antara produksi panas dan hilangnya panas dalam rangka menjaga suhu tubuh dalam keadaan normal salah satu masalah khusus pada bayi terutama bayi premature adalah ketidakmampuan untuk mempertahankan suhu tubuh normal. Banyak factor yang berperan dalam termoregulasi seperti umur, berat badan  luas permukaan tubuh dan kondisi lingkungan. Gangguan termoregulasi dapat berupa hipotermi dan hipertermia.


Hipotermia dapat disebabkan karena terpapar lingkungan yang dingin (suhu lingkungan lebih rendah, permukaan dingn atau basah) atau bayi dalam keadaan basah atau tidak berpakaian. Hipertermia dapat disebabkan oleh karena terpapar dengan lingkungan panas (suhu lingkungan panas, paparan sinar matahari atau paparan panas yang berlebihan dari incubator atau alat pemancar panas. Radiant warmer)\
Banyak masalah khusus pada bayi baru lahir terkait dengan adaptasi yang belum sempurna, misalnya asfiksia, kelahiran premature, anomaly congenital, hipotermia atau pun hipertermia yang dapat berkembang kea rah kegawatan. Sehingnga hipotermi ataupun hipertermi merupakan salah satu keadaan yang harus dicermati dalam perawatan bayi baru lahir.
Temperature tubuh diatur dengan mengimbangi produksi panas terhadap kehilangan panas. Bila kehilangan panas dalam tubuh lebih besar daripada laju pembentukan panas maka akan terjadi penurunan temperature tubuh. Begitu juga sebaliknya bila pembentukan panas lebih besar daripada kehilangan panas, timbul panas didalam tubuh dan temperature tubuh akan meningkat.
Pengukuran suhu tubuh
Ada beberapa macam thermometer untuk mengukur suhu tubuh:
1.      The mercury-in-glass thermometer
2.      The electrical digital reading thermometer
3.      A radiometer attached to an auriscope-like head (untuk pengukuran suhu timfani)
Faktor-faktor yang mempengaruhi suhu tubuh:
1.      Variasi diurnal.  Suhu tubuh bervariasi pada siang dan malam hari. Suhu terendah manusia yang tidur pada malam hari dan bangun sepanjang siang terjadi pada awal pagi dan tertinggi pada awal malam.
2.      Kerja jasmani/ aktivitas fisik. Setelah latihan fisik atau kerja jasmani suhu tubuh akan naik terkait dengan kerja yang dilakukan oleh otot rangka. Setelah latihan berat, suhu tubuh dapat mencapai 40°C.
3.      Jenis kelamin. Sesuai dengan kegiatan metabolisme, suhu tubuh pria lebih tinggi daripada wanita. Suhu tubuh wanita dipengaruhi daur haid. Pada saat ovulasi, suhu tubuh wanita pada pagi hari saat bangun meningkat 0,3-0,5°C.
4.      Lingkungan. Suhu lingkungan yang tinggi akan meningkatkan suhu tubuh. Udara lingkungan yang lembab juga akan meningkatkan suhu tubuh karena menyebabkan hambatan penguapan keringat, sehingga panas tertahan di dalam tubuh.

Pembentukan panas (heat production) dalam tubuh manusia bergantung pada tingkat metabolisme yang terjadi dalam jaringan tubuh tersebut. Hal ini dipengaruhi oleh:
1.      BMR, terutama terkait dengan sekresi hormon tiroid.
2.      Aktivitas otot, terjadi penggunaan energi menjadi kerja dan menghasilkan panas
3.      Termogenesis menggigil (shivering thermogenesis); aktivitas otot yang merupakan upaya tubuh untuk mempertahankan suhu tubuh selama terpapar dingin.
4.      Termogenesis tak-menggigil (non-shivering thermogenesis) Hal ini terjadi pada bayi baru lahir. Sumber energi pembentukan panas ini ialah brown fat. Pada bayi baru lahir, brown fat ditemukan pada skapula, aksila, dan area ginjal. Brown fat berbeda dengan lemak biasa, ukurannya lebih kecil, mengandung lebih banyak mitokondria, banyak dipersarafi saraf simpatis, dan kaya dengan suplai darah. Stimulasi saraf simpatis oleh suhu dingin akan meningkatkan konsentrasi cAMP di sel brown fat, yang kemudian akan mengativasi fosforilasi oksidatif di mitokondria melalui lipolisis. Hasil dari fosforilasi oksidatif ialah terbentuknya panas yang kemudian akan dibawa dengan cepat oleh vena yang juga banyak terdapat di sel brown fat. Brown fat ini merupakan sumber utama diet-induced thermogenesis.

Mekanisme Kehilangan Panas
Pengeluaran panas (heat loss) dari tubuh ke lingkungan atau sebaliknya berlangsung secara fisika. Permukaan tubuh dapat kehilangan panas melalui pertukaran panas secara radiasi, konduksi, konveksi, dan evaporasi air. (lihat Gambar 17-4, sumber: Sherwood, 1993)

1.      Radiasi ialah emisi energi panas dari permukaan tubuh dalam bentuk gelombang elektromagnetik melalui suatu ruang.
2.      Konduksi ialah perpindahan panas antara obyek yang berbeda suhunya melalui kontak langsung obyek tersebut.
3.      Konveksi ialah perpindahan panas melalui aliran udara/ air.
4.      Evaporasi ialah perpindahan panas melalui ekskresi air dari permukaan kulit dan saluran pernapasan saat bernapas.

Mencegah Kehilangan Panas

Cegah terjadinya kehilangan panas pada bayi baru lahir melalui upaya berikut:
1.      Ruang bersalin yang hangat
Suhu ruangan minimal 25°C. Tutup semua pintu dan jendela
2.      Keringkan tubuh bayi tanpa membersihkan vernik.
Keringkan bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya kecuali bagian tangan tanpa membersihkan verniks. Verniks akan membantu menghangatkan tubuh bayi. Segera ganti handuk basah dengan handuk atau kain yang kering.
3.      Letakkan bayi di dada atau perut ibu agar ada kontak kulit ibu ke kulit bayi
Setelah tali pusat dipotong, letakkan bayi tengkurap di dada atau perut ibu. Luruskan dan usahakan ke dua bahu bayi menempel di dada atau perut ibu. Usahakan kepala bayi berada di antara payudara ibu dengan posisi sedikit lebih rendah dari puting payudara ibu.
4.      Inisiasi menyusu dini
Memberi kesempatan pada bayi menyusu sendiri segera setelah lahir dengan meletakkan bayi menempel di dada atau perut ibu, dibiarkan merayap mencari puting dan menyusu sampai puas. Proses ini berlangsung minimal 1 jam pertama setelah bayi lahir.
5.      Gunakan pakaian yang sesuai untuk mencegah kehilangan panas
Selimuti tubuh ibu dan bayi dengan kain hangat yang sama dan pasang topi di kepala bayi. Bagian kepala bayi memiliki permukaan yang relatif luas dan bayi akan dengan cepat kehilangan panas jika bagian tersebut tidak tertutup.
6.      Jangan segera menimbang atau memandikan bayi baru lahir
Lakukan penimbangan setelah satu jam kontak kulit ibu ke kulit bayi dan bayi selesai menyusu. Karena BBL cepat dan mudah kehilangan panas tubuhnya (terutama jika tidak berpakaian), sebelum melakukan penimbangan, terlebih dulu selimuti bayi dengan kain atau selimut bersih dan kering.
Berat bayi dapat dinilai dari selisih berat bayi pada saat berpakaian atau diselimuti dikurangi dengan berat pakaian atau selimut.
Bayi sebaiknya dimandikan pada waktu yang tepat yaitu tidak kurang dari enam jam setelah lahir dan setelah kondisi stabil. Memandikan bayi dalam beberapa jam pertama setelah lahir dapat menyebabkan hipotermia yang sangat membahayakan kesehatan BBL. Keringkan bayi dengan segera setelah dimandikan.
7.      Rawat gabung
Ibu dan bayi harus tidur dalam satu ruangan selama 24 jam. Idealnya BBL ditempatkan di tempat tidur yang sama dengan ibunya. Ini adalah cara yang paling mudah untuk menjaga agar bayi tetap hangat, mendorong ibu segera menyusui bayinya dan mencegah paparan infeksi pada bayi.
8.      Resusitasi dalam lingkungan yang hangat
Apabila bayi baru lahir memerlukan resusitasi harus dilakukan dalam lingkungan yang hangat.
9.      Transportasi hangat
Bayi yang perlu dirujuk, harus dijaga agar tetap hangat selama dalam perjalanan.
10.  Pelatihan untuk petugas kesehatan dan Konseling untuk keluarga
Meningkatkan pengetahuan petugas kesehatan dan keluarga tentang hipotermia meliputi tanda-tanda dan bahayanya.
Tanda-tanda penurunan suhu tubuh bayi:
Tanda awal:
·         Kedua tangan dan kaki terasa dingin.

Tanda lanjut:
·         Seluruh tubuh teraba dingin,
·         Bayi tidak bergerak aktif / bayi lemas,
·         Bayi tidak mau menyusu,
·         Bayi menangis lemah.

Cara menghangatkan dan mempertahankan suhu tubuh bayi:
·         Bayi ditempatkan di ruangan yang hangat, jangan ber-AC.
·         Kontak / menempelkan kulit bayi dengan kulit ibu.
·         Menyusui sesering mungkin.
·         Tutup kepala karena 25% panas hilang melalui kepala.


Post a Comment

0 Comments