DETEKSI DINI TUMBUH KEMBANG (PART 1)


Deteksi Dini Pertumbuhan dan Perkembangan

Deteksi dini pertumbuhan dan perkembangan merupakan upaya penjaringan yang dilaksanakan secara komprehensif untuk mengetahui adanya penyimpangan tumbuh kembang bayi dan anak balita, serta untuk mengoreksi adanya faktor risiko. Dengan ditemukan secara dini adanya penyimpangan atau masalah tumbuh kembang anak, maka tenaga kesehatan mempunyai waktu dalam membuat rencana tindakan/ intervensi yang tepat terutama ketika harus melibatkan ibu/keluarga.


Deteksi dini dapat dilakukan oleh siapa saja yang telah terampil dan mampu melakukan seperti tenaga professional (dokter, perawat, bidan, psikolog), kader, bahkan orang tua atau anggota keluarganya dapat diajarkan cara melakukan deteksi tumbuh kembang.Upaya deteksi ini dapat dilakukan di tempat pelayanan kesehatan, posyandu, sekolah, atau lingkungan rumah tangga.
PENGERTIAN DETEKSI DINI TUMBUH KEMBANG ANAK
Deteksi dinipertumbuhan dan perkembangan anak adalah kegiatan atau pemeriksaan untuk menemukan secara dini adanya penyimpangan tumbuh kembang pada balita dan anak pra sekolah (Kemenkes R.I, 2012).
Jenis Deteksi Dini Pertumbuhan dan Perkembangan
Ada 3 jenis deteksi dini yang dapat dikerjakan oleh tenaga kesehatan ditingkat puskesmas dan jaringannya yaitu :
1)      Deteksi dini penyimpangan pertumbuhan, yaitu untuk mengetahui/menemukan status gizi kurang/buruk dan mikro/makrosefali. Jenis instrument yang digunakan:
a)     Berat Badan menurut Tinggi Badan Anak (BB/TB)
b)     Pengukuran Lingkar Kepala Anak (LKA)

2)     Deteksi dini penyimpangan perkembangan, yaitu untuk mengetahui gangguan perkembangan anak (keterlambatan), gangguan daya lihat, gangguan daya dengar. Jenis instrumen yang digunakan:
a)     Kuesioner Pra-Skrining Perkembangan (KPSP)


b)     Tes Daya Lihat (TDL)
c)      Tes Daya Dengar Anak (TDD)

3)     Deteksi dini penyimpangan mental emosional, yaitu untuk mengetahui adanya masalah mental emosional, autism, gangguan pemusatan perhatian, dan hiperaktivitas. Instrumen yang digunakan:
a)     Kuesioner Masalah Mental Emosional (KMME)
b)     Checklist for Autism in Toddlers (CHAT)
c)      Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH)
Jadwal Kegiatan dan Jenis Skrining

Keterangan:
BB/TB : Berat Badan/Tinggi Badan
LK : Lingkar Kepala
KPSP : Kuesioner Pra Skrining Perkembangan
TDD : Tes Daya Dengar
TDL : Tes Daya Lihat
KMME : Kuesioner Mental Emosional
CHAT : Checklist for Autism in Toddler
GPPH : Gangguan pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas

Deteksi Dini Penyimpangan Pertumbuhan
Sebagaimana telah dijelaskan, bahwa untuk mengetahui adanya penyimpangan pertumbuhan, parameter yang digunakan adalah Berat Badan terhadap Tinggi Badan (BB/TB) dan Lingkar Kepala Anak (LKA). Parameter tersebut termasuk ukuran antropometri dan paling mudah dilakukan di lapangan.


a.      Pengukuran Berat Badan terhadap Tinggi Badan
Tujuan pengukuran BB/TB adalah untuk menentukan status gizi anak apakah tergolong normal, kurus, kurus sekali, atau gemuk. Parameter BB/TB ini untuk mengetahui apakah proporsi anak tergolong normal. Berat badan dan tinggi badan merupakan ukuran antropometri yang paling sering digunakan untuk pertumbuhan anak. Antropometri adalah ukuran fisik seorang anak yang diukur dengan menggunakan alat ukur tertentu seperti timbangan dan pita pengukur (meteran).

1)     Berat Badan
Berat badan merupakan salah satu ukuran antropometri yang terpenting untuk mengetahui keadaan status gizi anak dan untuk memeriksa kesehatan anak pada kelompok umur, misalnya, apakah anak dalam keadaan normal dan sehat. Keuntungan lainnya adalah pengukurannya mudah, sederhana dan murah. Oleh karena itu, kegunaan BB adalah sebagai berikut.
a)     Sebagai informasi tentang keadaan gizi anak, pertumbuhan, dan kesehatannya.
b)     Untuk monitoring kesehatan sehingga dapat menentukan terapi apa yang sesuai dengan kondisi anak
c)      Sebagai dasar untuk menentukan dasar perhitungan dosis obat ataupun diet yang diperlukan untuk anak.
Meskipun berat badan merupakan ukuran yang dianggap paling penting, tapi mempunyai kelemahan, antara lain sebagai berikut.
a)     Tidak sensitif terhadap proporsi tubuh. Pada anak yang mempunyai berat badan yang sama, tetapi tinggi badan berbeda akan terlihat postur tubuhnya berbeda. Anak yang satu akan terlihat langsing, anak lainnya kemungkinan terlihat gemuk.
b)     Terjadi perubahan secara fluktuasi setiap hari yang masih dalam batas normal. Perubahan ini dapat terjadi akibat pengaruh masukan (intake), seperti makanan/minuman dan keluaran (output) seperti urine, keringat, dan pernafasan. Besarnya fluktuasi tergantung kelompok umur dan sangat individual berkisar antara 100-200 g sampai 500 – 1000 g (Soetjiningsih, 2002).
Pada usia beberapa hari, berat badan akan mengalami penurunan yang sifatnya normal yaitu sekitar 10% dari berat badan lahir. Hal ini disebabkan keluarnya mekonium dan air seni yang belum diimbangi dengan asupan yang adekuat, misalnya, produksi ASI yang belum lancar. Umumnya, berat badan akan kembali mencapai berat lahir pada hari kesepuluh.
Pada bayi sehat, kenaikan berat badan normal pada triwulan I sekitar 700-1000 g/bulan, triwulan II sekitar 500 – 600 g/bulan, triwulan III sekitar 350 – 450 g/bulan, dan pada triwulan IV sekitar 250 – 350 g/bulan. Dari perkiraan tersebut, dapat diketahui bahwa pada usia enam bulan pertama berat badan akan bertambah sekitar 1 kg/bulan, enam bulan berikutnya ± 0,5 kg/bulan. Pada tahun kedua kenaikan ± 0,25 kg/bulan. Setelah dua tahun kenaikan berat badan tidak tentu, yaitu sekita 2 – 3 kg/tahun. Pada tahap adolesens (masa remaja) akan terjadi pertumbuhan berat badan secara cepat (growth spurt).
Selain dengan perkiraan tersebut, dapat juga memperkirakan berat badan (BB) dengan menggunakan rumus atau pedoman dari Behrman (1992) yang dikutip oleh Rekawati dkk (2013), sebagai berikut.
a)     Berat badan lahir rata – rata: 3,25 kg
b)     Berat badan usi 3 – 12 bulan menggunakan rumus:
 (Umur (bulan)+9 =n+9
              2                           2




c)      Berat badan usia 1 – 6 tahun, menggunakan rumus:
       Umur (tahun) x 2 tahun + 8 = 2n + 8 

Keterangan n adalah usia anak
Untuk menentukan umur anak dalam bulan, bila lebih 15 hari dibulatkan ke atas, sedangkan, kurang atau sama dengan 15 hari dihilangkan. Misalnya, ada bayi berumur 5 bulan 25 hari, maka bayi dianggap berumur 6 bulan berat badan bayi diperkirakan 7,5 kg. Bila anak berumur 2 tahun 6 bulan, perkiraan berat badannya adalah (2,5 tahun x 2 th) + 8 = 13 kg.

2)     Pengukuran Berat Badan
Dalam menentukan pengukuran berat badan anak, hal yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut:
a)     Pengukuran dilakukan dengan memakai alat timbangan yang telah ditera (distandarisasi/kalibrasi) secara berkala. Timbangan yang digunakan timbangan bayi, timbangan injak atau dacin.
b)     Untuk menimbang anak usia kurang dari satu tahun, dilakukan dengan posisi berbaring. Usia 1 – 2 tahun dilakukan dengan posisi duduk dengan menggunakan dacin. Lebih dari dua tahun, penimbangan berat badan dapat dilakukan dengan posisi berdiri.

Cara mengukur berat badan bayi menggunakan timbangan bayi:

a)     Letakan timbangan pada meja


b)     Lihat posisi jarum atau angka harus menunjuk ke angka 0.
c)      Lepas pakaian bayi (bayi telanjang, tanpa topi, kaus kaki, sarung tangan)
d)     Tidurkan bayi pada timbangan dengan hati-hati.
e)     Letakkan tangan petugas di atas tubuh bayi (tidak menempel) untuk mencegah bayi jatuh saat ditimbang.
f)       Lihat jarum timbangan sampai berhenti
g)     Tentukan hasil timbangan sesuai dengan jarum penunjuk pada timbangan
h)    Apabila bayi terus menerus bergerak, perhatikan gerakan jarum dan baca angka di tengah-tengah antara gerakan jarum ke kanan dan ke kiri

Sedangkan cara pengukuran berat badan anak adalah sebagai berikut.

a)  Lepas pakaian yang tebal pada anak saat pengukuran. Bila perlu, cukup pakaian dalam saja.
b)  Bila menggunakan timbangan dacin, masukkan anak dalam gendongan, lalu kaitkan gendongan ke timbangan.
c)   Bila dengan berdiri, ajak anak untuk berdiri di atas timbangan injak tanpa dipegangi.
d)   Letakkan tangan petugas di atas tubuh bayi (tidak menempel) untuk mencegah bayi jatuh saat ditimbang.
e)     Tentukan hasil timbangan sesuai dengan jarum penunjuk pada timbangan
f)  Bila anak tidak mau ditimbang, ibu disarankan untuk menimbang berat badannya lebih dulu. Kemudian anak digendong oleh ibu dan ditimbang. Berat badan anak adalah selisih antara berat badan ibu bersama anak dengan berat badan ibu. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat rumus berikut.
Selanjutnya tentukan posisi berat badan anak sesuai dengan standar yang berlaku, apakah anak normal, kurang atau buruk. Untuk menentukan berat badan dapat juga dengan melihat kurva KMS (Kartu Menuju Sehat) apakah berada pada kurva warna hijau, kuning atau merah.

3)   Tinggi Badan
Ukuran antropometri yang terpenting kedua adalah tinggi badan. Keuntungan dari pengukuran tinggi badan ini adalah alatnya murah, mudah dibuat, dan dibawa sesuai keinginan tempat tinggi badan akan diukur. Seperti terdapat pada tabel tinggi badan dan berat badan, dengan mengetahui tinggi badan dan berat badan anak dapat diketahui keadaan status gizinya. Sedangkan kerugiannya adalah perubahan dan pertambahan tinggi badan relatif pelan serta sukar pengukurannya karena terdapat selisih nilai antara posisi pengukuran saat berdiri dan saat tidur.
Tinggi badan untuk anak kurang dari 2 tahun sering diistilahkan panjang badan. Pada bayi baru lahir, panjang badan rata-rata +50 cm. Pada tahun pertama pertambahannya 1,25 cm/bulan (1,5 x panjang badan lahir). Penambahan tersebut berangsur-angsur berkurang sampai usia 9 tahun yaitu hanya sekitar 5 cm/tahun. Baru pada masa pubertas ada peningkatan pertumbuhan tinggi badan yang cukup cepat yaitu pada wanita 5-25 cm/tahun sedangkan laki-laki sekitar 10-30 cm/tahun. Pertambahan tinggi badan akan berhenti pada usia 18-20 tahun.
Seperti halnya berat badan, tinggi badan juga dapat diperkirakan berdasarkan rumus dari Behrman (1992), sebagai berikut.
a)     Perkiraan panjang lahir: 50 cm
b)     Perkiraan panjang badan usia 1 tahun = 1,5 x Panjang Badan Lahir
c)      Perkiraan tinggi badan usia 2 – 12 tahun = (Umur x 6) + 77 = 6n + 77
Keterangan: n adalah usia anak dalam tahun, bila usia lebih enam bulan dibulatkan ke atas, bila enam bulan atau kurang dihilangkan.
                        Atau berdasarkan genetic TB akhir :


a.      Wanita =  ( TB ayah – 13 cm) + TB Ibu ±8,5 cm) : 2 
b.      Pria = ( TB ibu – 13 cm) + TB ayah ±8,5 cm) : 2

4)     Pengukuran TInggi Badan

Untuk menentukan tinggi badan, cara pengukurannya dikelompokkan menjadi dua, yaitu dengan cara berbaring dan berdiri. Pengukuran tinggi badan secara berbaring untuk anak yang belum bisa berdiri tegak.


Biasanya untuk anak yang berusia kurang dari dua tahun. Adapun cara pengukurannya adalah sebagai berikut.
a)     Siapkan papan atau meja pengukur. Bila tidak ada, dapat digunakan pita pengukur (meteran).
b)     Baringkan anak terlentang tanpa bantal (supinasi) luruskan lutut sampi menepel meja (posisi ekstensi).
c)      Luruskan bagian puncak kepala dan bagian kaki (telapak kaki lurus dengan meja pengukur), lalu ukur sesuai dengan skala yang tertera.
d)     Bila tidak ada papan pengukur, dapat dengan cara memberi tanda pada tempat tidur (tempat tidur harus rata/datar) berupa titik atau garis pada bagian puncak kepala dan bagian tumit bayi, lalu ukur kedua tanda tersebut dengan pita pengukur (meteran). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut


Cara pengukuran tinggi badan dengan cara berdiri yang biasanya untuk anak yang berusia dua tahun atau lebih, sebagai berikut:
a)     Tingi badan diukur dengan posisi berdiri tegak, sehingga tumit rapat, sedangkan bokong, punggung, dan bagian belakang kepala berada dalam satu garis vertikal dan menempel pada alat pengukur
b)     Tentukan bagian atas kepala dan bagian kaki dengan sebilah papan dengan posisi horizontal dan bagian kaki, lalu ukur sesuai dengan skala yang tertera. Untuk lebih jelasnya, lihat gambar berikut


Hasil pengukuran berat badan dan tinggi badan anak sering digunakan untuk menentukan status gizi anak. Kategori status gizi anak dapat dilihat pada tabel berat badan/ tinggi badan yang diterbitkan oleh Direktorat Gizi Masyarakat (2002). Kategori ini mengacu pada Standar Deviasi (SD) sebagai berikut:
        -2 SD s/d + 2 SD : Normal
        -3 SD s/d < - 2 SD : Kurus/Wasted
         < - 3 SD : Sangat kurus/severe wasted
         > + 2 SD s/d 3 SD : Gemuk
         > 3 SD : Gemuk sekali

5)    Pengukuran Lingkar Kepala Anak


Pengukuran LKA bertujuan untuk menaksir pertumbuhan otak. Pertumbuhan ukuran kepala umumnya mengikuti pertumbuhan otak, sehingga apabila ada hambatan/gangguan pertumbuhan lingkar kepala, pertumbuhan otak biasanya juga terhambat. Berat otak janin saat kehamilan 20 minggu diperkirakan 100 gr, waktu lahir sekitar 350 gram, pada usia 1 tahun hampir mencapai 3 kali lipat yaitu 925 gram atau mencapai 75% dari berat seluruhnya. Pada usia 3 tahun sekitar 1100 gr dan pada 6 tahun pertumbuhan otak telah mencapai 90% (1260 gr). Pada usia dewasa, berat otak mencapai 1400 gr.
Secara normal, pertambahan ukuran lingkaran kepala setiap tahap relatif konstan. Saat lahir, ukuran lingkar kepala normalnya 34-35 cm. kemudian bertambah ± 0,5 cm/bulan pada bulan pertama ataumenjadi 44 cm. Pada 6 bulan pertama, pertumbuhan kepala paling cepat, kemudian tahun-tahun pertama lingkat kepala bertambahnya tidak lebih dari 5 cm/tahun. Pada dua tahun pertama, pertumbuhan otak relatif pesat, dan setelah itu sampai usia 18 tahun lingkar kepala hanya bertambah ± 10 cm.
Jadwal pengukuran disesuaikan dengan umur anak. Umur 0 – 11 bulan, pengukuran dilakukan setiap bulan. Pada anak yang lebih besar, umur 12 – 72 bulan, pengukuran dilakukan setiap enam bulan. Pengukuran dan penilaian lingkar kepala anak dilakukan oleh tenaga yang kesehatan terlatih.
Cara mengukur lingkaran kepala.

a)     Siapkan pita pengukur (meteran)
b)     Lingkarkan pita pengukur pada kepala anak melewati dahi (daerah glabela/ frontalis), menutupi alis mata, diatas telinga dan bagian belakang kepala yang menonjol, tarik agak kencang/
c)       Kemudian baca angka pada pertemuan dengan angka 0.
d)      Tanyakan tanggal lahir bayi / anak, hitung umur bayi /anak.
e)     Hasil pengukuran dicatat pada grafik lingkaran kepala menurut umur dan jenis kelamin anak
f)       Buat garis yang menghubungkan antara ukuran yang lalu dengan ukuran sekarang
Pertambahan yang relatif konstan juga dapat diketahui dari proporsi besar kepala dengan panjang badan. Saat lahir kepala berukuran seperempat (¼) bagian dari panjang badan dan setelah dewasa besar kepala hanya seperdelapan (1/8) dari panjang badan. Oleh karena itu lingkar kepala ini hanya efektif pada 6 bulan pertama sampai umur 2-3 tahun, kecuali pada keadaan tertentu seperti bentuk kepala yang besar pada anak yang menderita Hidrocephalus.
Pengukuran lingkar kepala jarang dilakukan pada balita kecuali jika ada kecurigaan pertumbuhan kepala yang tidak normal. Cara yang mudah untuk mengetahui pertumbuhan lingkar kepala adalah dengan melihat kurva lingkar kepala pada Kartu Tumbuh Kembang Anak. kurva ini dibedakan antara anak perempuan dan anak laki-laki. Kurva lingkar kepala anak perempuan dan anak laki-laki dapat dilihat berikut ini.

Dari kurva tersebut tergambar dua daerah yaitu dalam kurva yang berwarna hijau dan luar kurva yang dibatasi oleh kedua garis putus-putus. Hasil pengukuran, dapat diinterpretasikan sebagi berikut:
a.      Lingkar kepala normal jika ukuran lingkar kepala berada diantara kedua garis putusputus atau di dalam jalur hijau
b.      Lingkar kepala tidak normal apabila ukuran lingkar kepala berada di atas atau di bawah kedua garis putus-putus atau di luar garis hijau. Untuk itu anak perlu dirujuk untuk mendapatkan pemeriksaan selajutnya.

BACA JUGA :

KONSEP TUMBUH KEMBANG NEONATUS, BAYI DAN BALITA

Post a Comment

0 Comments